Apakah menderita dan membayar harga untuk Tuhan sama dengan mengikuti kehendak Tuhan atau tidak

Ayat Alkitab untuk Referensi:

“Bukan setiap orang yang memanggil-Ku, Tuhan, Tuhan, yang akan masuk ke dalam Kerajaan Surga; melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di surga. Banyak orang akan berkata kepada-Ku di hari itu kelak, Tuhan, Tuhan, bukankah kami telah bernubuat demi nama-Mu, telah mengusir setan-setan demi nama-Mu, dan melakukan banyak pekerjaan ajaib demi nama-Mu? Saat itu Aku akan menyatakan kepada mereka, Aku tidak pernah mengenalmu: pergilah daripada-Ku, engkau yang melakukan kejahatan” (Matius 7:21-23).

Firman Tuhan yang Relevan:

Seorang yang melayani Tuhan tidak boleh hanya tahu tentang menderita bagi-Nya; lebih dari itu, mereka harus mengerti bahwa tujuan percaya kepada Tuhan adalah berusaha untuk mengasihi Tuhan. Tuhan memakai dirimu bukan sekadar untuk memurnikanmu atau membuatmu menderita, tetapi Dia memakaimu supaya engkau mengetahui perbuatan-Nya, mengetahui makna sejati hidup manusia, dan secara khusus agar engkau tahu bahwa melayani Tuhan bukanlah tugas yang mudah. Mengalami pekerjaan Tuhan bukanlah tentang menikmati anugerah, tetapi lebih tentang menderita demi kasihmu kepada-Nya. Karena engkau menikmati anugerah Tuhan, engkau juga harus menikmati hajaran-Nya; engkau harus mengalami semua ini. Engkau bisa mengalami pencerahan Tuhan dalam dirimu dan engkau juga bisa mengalami penanganan Tuhan dan penghakiman-Nya. Dengan cara demikian, pengalamanmu akan menjadi luas dan lengkap. Tuhan telah melakukan pekerjaan penghakiman dan hajaran-Nya terhadapmu. Firman Tuhan telah menanganimu, tetapi bukan hanya itu; firman Tuhan juga telah mencerahkan dan menerangimu. Ketika engkau negatif dan lemah, Tuhan mengkhawatirkan dirimu. Semua pekerjaan ini dimaksudkan supaya engkau tahu bahwa segala sesuatu yang berkaitan dengan manusia berada dalam pengaturan Tuhan. Engkau mungkin berpikir bahwa percaya kepada Tuhan adalah tentang penderitaan atau melakukan segala macam hal bagi-Nya; engkau mungkin berpikir bahwa tujuan percaya kepada Tuhan adalah agar dagingmu merasakan kedamaian, atau agar segala sesuatu dalam hidupmu berjalan lancar, atau agar engkau merasa nyaman dan tenang dalam segala hal. Namun, tak satu pun dari hal-hal ini merupakan tujuan yang harus manusia capai dalam kepercayaan mereka kepada Tuhan. Jika engkau percaya demi tujuan-tujuan ini, berarti sudut pandangmu itu salah dan sama sekali tidak mungkin bagimu untuk disempurnakan. Tindakan Tuhan, watak Tuhan yang benar, hikmat-Nya, firman-Nya, keajaiban-Nya serta diri-Nya yang tak terselami, semua itulah yang harus manusia pahami. Engkau harus menggunakan pemahaman ini untuk menyingkirkan dari dalam hatimu semua tuntutan, harapan dan gagasan pribadimu. Hanya dengan menyingkirkan hal-hal ini, engkau bisa memenuhi syarat yang dituntut oleh Tuhan, dan hanya dengan melakukan ini, engkau bisa memiliki hidup dan memuaskan Tuhan. Tujuan percaya kepada Tuhan adalah untuk memuaskan-Nya dan hidup dalam watak yang Dia inginkan, sehingga tindakan dan kemuliaan-Nya dapat terwujud lewat sekelompok orang yang tidak layak ini. Inilah cara pandang yang benar untuk percaya kepada Tuhan, dan ini juga merupakan tujuan yang harus engkau capai. Engkau harus memiliki cara pandang yang benar dalam memercayai Tuhan dan engkau harus berusaha mendapatkan firman Tuhan. Engkau perlu makan dan minum firman Tuhan dan harus bisa hidup dalam kebenaran dan terutama engkau harus mampu melihat perbuatan-perbuatan-Nya yang nyata, perbuatan-Nya yang menakjubkan di seluruh alam semesta, juga pekerjaan nyata yang Dia lakukan dalam daging. Melalui pengalaman praktis mereka, manusia bisa menghargai bagaimana Tuhan melakukan pekerjaan-Nya dalam diri mereka dan apa yang menjadi kehendak-Nya bagi mereka. Tujuan semua ini adalah untuk menyingkirkan watak mereka yang rusak dan jahat. Setelah engkau menyingkirkan dari dalam dirimu kecemaran dan ketidakbenaran, dan setelah engkau membersihkan niatmu yang salah dan setelah engkau mengembangkan imanmu yang sejati kepada Tuhan—hanya dengan iman sejatilah engkau bisa benar-benar mengasihi Tuhan.

Dikutip dari “Mereka yang Akan Disempurnakan Harus Mengalami Pemurnian” dalam “Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia”

Banyak orang memiliki cara-cara tertentu untuk berperilaku secara lahiriah, misalnya mereka sanggup mengesampingkan keluarga dan karier serta melaksanakan tugasnya, dan karenanya mereka yakin mereka sedang menerapkan kebenaran. Namun Tuhan tidak mengakui bahwa engkau sedang melakukan kebenaran. Jika segala sesuatu yang engkau lakukan mengandung motif pribadi dan itu dipalsukan, itu berarti engkau tidak sedang melakukan kebenaran; engkau hanya memperlihatkan perilaku yang dangkal. Sebenarnya, perilaku semacam ini mungkin akan dikutuk oleh Tuhan; itu tidak akan dipuji atau diingat oleh-Nya. Membedah ini lebih jauh, engkau sedang melakukan kejahatan dan perilakumu bertentangan dengan Tuhan. Secara lahiriah, engkau tidak sedang mengacaukan atau mengganggu apa pun dan engkau belum melakukan kerusakan yang nyata atau melanggar kebenaran apa pun. Itu tampaknya logis dan masuk akal, tetapi esensi dari tindakanmu berkaitan dengan melakukan kejahatan dan menentang Tuhan. Oleh karena itu, engkau harus memastikan apakah telah terjadi perubahan dalam watakmu dan apakah engkau sedang menerapkan kebenaran dengan melihat motif di balik tindakanmu dalam terang firman Tuhan. Itu tidak ditentukan oleh pandangan manusia mengenai apakah tindakanmu itu sesuai dengan imajinasi dan niat manusia, atau apakah itu sesuai dengan seleramu; hal-hal seperti itu tidak penting. Sebaliknya, itu tergantung kepada Tuhan yang berkata apakah engkau sedang menyelaraskan diri dengan kehendak-Nya atau tidak, apakah tindakanmu memiliki kebenaran kenyataan atau tidak, dan apakah tindakanmu memenuhi tuntutan dan standar-Nya atau tidak. Hanya dengan mengukur dirimu sendiri terhadap tuntuan Tuhan, barulah itu akurat. Perubahan dalam watak dan menerapkan kebenaran tidak sesederhana dan semudah yang orang bayangkan. Apakah engkau memahami ini sekarang? Apakah engkau memiliki pengalaman dengan ini? Ketika sampai pada esensi masalah, engkau mungkin tidak memahaminya; masuknya dirimu dalam hal ini terlalu dangkal. Engkau semua sibuk kian kemari sepanjang hari, dari fajar hingga petang, bangun awal dan tidur larut malam, tetapi engkau belum mencapai perubahan dalam watak hidupmu, dan engkau tidak dapat memahami apa yang berkaitan dengan perubahan seperti itu. Ini berarti masuknya dirimu dalam hal ini terlalu dangkal, bukan begitu? Terlepas dari berapa lama engkau sudah percaya kepada Tuhan, engkau mungkin tidak merasakan esensi dan hal-hal mendalam yang berkaitan dengan mencapai perubahan watak. Dapatkah dikatakan bahwa watakmu telah berubah? Bagaimana engkau tahu apakah Tuhan memujimu atau tidak? Setidaknya, engkau akan merasa luar biasa teguh dalam segala sesuatu yang engkau lakukan, dan engkau akan merasakan Roh Kudus membimbing dan mencerahkanmu dan bekerja dalam dirimu sementara engkau sedang memenuhi tugasmu, sedang melakukan pekerjaan apa pun di rumah Tuhan, atau melakukan yang biasanya engkau lakukan. Tingkah lakumu akan selaras dengan firman Tuhan, dan begitu engkau sudah mendapatkan suatu tingkat pengalaman tertentu, engkau akan merasa bahwa caramu bertindak di masa lalu relatif sesuai. Namun, jika sesudah mendapatkan pengalaman untuk jangka waktu tertentu, engkau merasa bahwa beberapa hal yang engkau lakukan di masa lalu tidak sesuai, dan engkau tidak puas dengannya, dan merasa bahwa memang tidak ada kebenaran dalam hal-hal yang engkau lakukan, maka ini membuktikan bahwa segala sesuatu yang engkau lakukan dilakukan untuk menentang Tuhan. Itu adalah bukti bahwa pelayananmu penuh dengan pemberontakan, penentangan, dan cara-cara bertindak manusia.

Dikutip dari “Apa yang Harus Diketahui tentang Mengubah Watak Seseorang” dalam “Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman”

Dalam agama, banyak orang menderita tidak tanggung-tanggung sepanjang hidup mereka: mereka menundukkan tubuh dan memikul salib, bahkan terus menderita dan menanggung sengsara saat sudah di ambang maut! Beberapa masih berpuasa menjelang kematian mereka. Sepanjang hidup, mereka menolak makanan lezat dan pakaian bagus, hanya berfokus pada penderitaan. Mereka mampu menaklukkan tubuh mereka dan meninggalkan daging mereka. Semangat mereka dalam menanggung penderitaan layak dipuji. Namun, pemikiran, gagasan, sikap mental, dan tentu saja sifat lama mereka, sama sekali belum ditangani. Mereka tidak memiliki pemahaman sejati tentang diri mereka. Gambaran mental mereka akan Tuhan adalah gambaran mental tradisional yang abstrak dan samar. Tekad mereka untuk menderita demi Tuhan berasal dari semangat dan natur positif mereka. Meski mereka percaya kepada Tuhan, mereka tidak memahami Tuhan atau mengetahui kehendak-Nya. Mereka hanya bekerja dan menderita demi Tuhan secara membabi buta. Mereka tidak memberi nilai apa pun pada bertindak dengan ketajaman berpikir, tidak begitu peduli tentang cara memastikan bahwa pelayanan mereka sesungguhnya memenuhi kehendak Tuhan, apalagi mengetahui cara mencapai pengenalan akan Tuhan. Tuhan yang mereka layani bukan Tuhan dalam gambaran asli-Nya, melainkan Tuhan yang terselubung dalam legenda, hasil khayalan mereka sendiri, Tuhan yang sekadar mereka dengar atau yang ditemukan dalam banyak tulisan. Mereka lalu menggunakan imajinasi yang kreatif dan kesalehan mereka untuk menderita demi Tuhan dan melakukan pekerjaan Tuhan yang ingin Tuhan lakukan. Pelayanan mereka begitu tidak tepat, sehingga hampir tidak ada satu orang pun yang benar-benar mampu melayani sesuai kehendak Tuhan. Terlepas dari seberapa mereka bersedia menderita, perspektif asli mereka terhadap pelayanan dan gambaran mental mereka tentang Tuhan tetap tidak berubah, karena mereka belum mengalami penghakiman, hajaran, pemurnian, serta penyempurnaan dari Tuhan, dan karena tidak ada seorang pun yang menuntun mereka dengan menggunakan kebenaran. Bahkan sekalipun mereka percaya kepada Yesus Sang Juru Selamat, tidak satu pun dari mereka pernah melihat Sang Juru Selamat. Mereka hanya mengenal-Nya melalui legenda dan kabar angin. Dengan demikian, pelayanan mereka tidak lebih dari melayani secara acak dengan mata tertutup, seperti seorang buta yang melayani bapanya sendiri. Pada akhirnya, apa yang bisa dicapai melalui pelayanan semacam ini? Dan siapa yang akan memperkenan pelayanan tersebut? Dari awal hingga akhir, pelayanan mereka tidak pernah berubah sama sekali; mereka hanya menerima pelajaran buatan manusia dan mendasarkan pelayanan mereka hanya pada kealamian mereka dan hal-hal yang mereka sukai. Apa upah yang bisa didapat dari ini? Bahkan Petrus pun, yang melihat Yesus, tidak tahu cara melayani sesuai kehendak Tuhan; dia baru mulai memahaminya pada akhirnya, dalam usia yang sudah senja. Apa yang bisa dipahami tentang orang-orang buta itu, yang belum mengalami penanganan atau pemangkasan apa pun dan yang tidak memiliki orang untuk memandu mereka? Bukankah pelayanan banyak orang di antaramu sekalian sekarang ini sama seperti semua orang buta ini? Mereka semua, yang belum menerima penghakiman, belum menerima pemangkasan dan penanganan, dan belum berubah—bukankah mereka belum sepenuhnya ditaklukkan? Apa gunanya orang-orang seperti itu? Jika pemikiranmu, pemahamanmu tentang kehidupan, dan pemahamanmu tentang Tuhan tidak menunjukkan perubahan baru dan engkau tidak mendapatkan apa pun sama sekali, engkau tidak akan pernah mencapai apa pun yang luar biasa dalam pelayananmu! Tanpa visi dan tanpa pemahaman baru tentang pekerjaan Tuhan, engkau tidak bisa menjadi orang yang ditaklukkan. Caramu mengikuti Tuhan akan menjadi seperti mereka yang menderita dan berpuasa: bernilai rendah! Sesungguhnya, karena hanya ada sedikit kesaksian dalam apa yang mereka lakukan, Aku mengatakan bahwa pelayanan mereka sia-sia! Mereka menghabiskan sepanjang hidup mereka dengan menderita dan mendekam dalam penjara; mereka senantiasa menanggung sengsara, penuh kasih, dan selalu memikul salib, mereka diolok-olok dan ditolak oleh dunia, mereka mengalami setiap kesukaran, dan sekalipun mereka taat sampai akhir, mereka tetap tidak ditaklukkan, dan tidak dapat memberikan kesaksian tentang sudah ditaklukkan. Mereka sudah sangat banyak menderita, tetapi dalam batinnya, mereka tidak mengenal Tuhan sama sekali. Tidak satu pun dari pemikiran kolot, gagasan lama, pengamalan keagamaan, pemahaman buatan manusia, dan ide manusia mereka sudah ditangani. Sama sekali tidak ada pemahaman baru dalam diri mereka. Tidak ada sedikit pun pemahaman mereka tentang Tuhan yang benar atau akurat. Mereka telah salah memahami kehendak Tuhan. Bisakah ini disebut melayani Tuhan? Apa pun pemahamanmu tentang Tuhan di masa lalu, jika itu tetap sama hari ini dan engkau terus mendasarkan pemahamanmu akan Tuhan pada gagasan dan idemu sendiri, tidak peduli apa yang Tuhan lakukan, artinya jika engkau tidak memiliki pemahaman baru yang benar akan Tuhan dan engkau gagal mengenali gambaran serta watak sejati Tuhan, jika pemahamanmu tentang Tuhan masih dipandu oleh pemikiran feodal dan takhayul serta masih terlahir dari imajinasi serta gagasan manusia, maka engkau belum ditaklukkan. Aku mengucapkan semua perkataan ini kepadamu sekarang agar engkau bisa paham, supaya pengetahuan ini dapat menuntunmu menuju pemahaman akurat yang lebih baru; Aku juga mengatakan firman ini untuk menyingkirkan gagasan usang dan cara pengenalan lama dalam dirimu, sehingga engkau bisa memiliki pemahaman baru. Jika engkau sungguh makan dan minum firman-Ku, pemahamanmu akan berubah drastis. Selama engkau makan dan minum firman Tuhan dengan hati yang taat, perspektifmu akan diubahkan sepenuhnya. Selama engkau mampu menerima hajaran berulang-ulang, mentalitas lamamu akan berubah secara bertahap. Selama mentalitas lamamu sepenuhnya diganti dengan yang baru, pengamalanmu juga akan ikut berubah. Dengan cara ini, pelayananmu akan menjadi semakin tepat sasaran, semakin mampu memenuhi kehendak Tuhan.

Dikutip dari “Fakta Sesungguhnya di Balik Pekerjaan Penaklukan (3)” dalam “Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia”

Melayani Tuhan bukan tugas yang sederhana. Mereka yang watak rusaknya tetap tidak berubah tidak akan pernah bisa melayani Tuhan. Jika watakmu belum dihakimi dan dihajar oleh firman Tuhan, watakmu masih merepresentasikan Iblis, yang membuktikan bahwa engkau melayani Tuhan karena niat baikmu sendiri, bahwa pelayananmu itu didasarkan pada natur Iblis dalam dirimu. Engkau melayani Tuhan dengan karakter alamimu dan berdasarkan pilihan pribadimu. Terlebih lagi, engkau selalu berpikir bahwa hal-hal yang engkau bersedia lakukan adalah hal yang menyenangkan Tuhan, dan hal-hal yang tidak ingin engkau lakukan adalah hal yang Tuhan benci; engkau bekerja sepenuhnya berdasarkan pilihanmu sendiri. Dapatkah ini disebut melayani Tuhan? Pada akhirnya, tidak akan ada sedikit pun perubahan dalam watak hidupmu; sebaliknya, pelayananmu akan membuatmu semakin keras kepala, jadi watak rusakmu akan semakin tertanam dalam dirimu, dan dengan demikian, di dalam dirimu akan terbentuk aturan-aturan mengenai pelayanan kepada Tuhan yang terutama didasarkan pada karaktermu sendiri, dan pengalaman yang diperoleh dari pelayananmu yang sesuai dengan watakmu sendiri. Ini adalah pengalaman dan pelajaran manusia. Ini adalah falsafah hidup manusia di dunia. Orang-orang seperti ini dapat digolongkan sebagai orang-orang Farisi dan tokoh agamawi. Jika mereka tidak pernah sadar dan bertobat, mereka pasti akan berubah menjadi Kristus-Kristus palsu dan antikristus yang memperdaya orang-orang pada akhir zaman. Para Kristus palsu dan antikristus yang dibicarakan ini akan muncul dari antara orang-orang semacam ini. Jika mereka yang melayani Tuhan mengikuti karakter mereka sendiri dan bertindak berdasarkan kehendak mereka sendiri, mereka berisiko disingkirkan kapan saja. Mereka yang menggunakan pengalaman yang mereka dapatkan selama bertahun-tahun melayani Tuhan untuk memenangkan hati orang lain, menceramahi dan mengendalikan mereka, serta menganggap diri mereka lebih hebat dari orang lain—dan yang tidak pernah bertobat, tidak pernah mengakui dosa mereka, tidak pernah melepaskan keuntungan dari kedudukan mereka—orang-orang ini akan jatuh di hadapan Tuhan. Mereka sejenis dengan Paulus, menyalahgunakan senioritas mereka dan memamerkan kualifikasi mereka. Tuhan tidak akan membawa orang-orang semacam ini menuju kesempurnaan. Pelayanan semacam ini mengganggu pekerjaan Tuhan. Manusia selalu berpaut pada yang lama. Mereka berpaut pada gagasan dari masa lalu, pada segala sesuatu dari masa yang lampau. Ini adalah rintangan yang besar dalam pelayanan mereka. Jika engkau tidak bisa menyingkirkannya, hal-hal ini akan menghambat seluruh hidupmu. Tuhan tidak akan memujimu, tidak sedikit pun, bahkan sekalipun kakimu patah ketika berlari atau punggungmu sakit karena bekerja keras, bahkan sekalipun engkau menjadi martir dalam pelayananmu kepada Tuhan. Malah sebaliknya: Dia akan berkata bahwa engkau adalah pelaku kejahatan.

Dikutip dari “Pelayanan Rohani Harus Dibersihkan” dalam “Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia”

Banyak orang yang mengikut Tuhan hanya peduli dengan bagaimana memperoleh berkat atau menghindari bencana. Begitu pekerjaan dan pengaturan Tuhan disebut, mereka terdiam dan kehilangan minat. Mereka berpikir bahwa memahami perkara yang membosankan semacam itu tidak akan membantu kehidupan mereka untuk bertumbuh atau memberikan manfaat apa pun. Akibatnya, walaupun mereka telah mendengar tentang pengelolaan Tuhan, mereka tidak terlalu mengindahkannya. Mereka tidak menganggap hal itu sebagai sesuatu yang berharga untuk diterima, apalagi menerimanya sebagai bagian dari kehidupan mereka. Orang-orang semacam itu memiliki satu tujuan yang sangat sederhana dalam mengikut Tuhan, dan tujuan itu adalah untuk memperoleh berkat. Orang-orang semacam itu tidak bisa diminta untuk memperhatikan hal lain yang tidak melibatkan tujuan ini secara langsung. Bagi mereka, tidak ada tujuan yang lebih sah daripada percaya kepada Tuhan untuk memperoleh berkat—inilah inti dari iman mereka. Jika sesuatu tidak berkontribusi untuk tujuan ini, mereka tetap tidak tergerak olehnya. Inilah yang terjadi dengan kebanyakan orang yang percaya kepada Tuhan pada masa kini. Tujuan dan niat mereka kelihatannya benar, karena bersamaan dengan percaya kepada Tuhan, mereka juga mengorbankan diri untuk Tuhan, mempersembahkan diri mereka kepada Tuhan, dan melaksanakan tugas mereka. Mereka meninggalkan masa muda mereka, meninggalkan keluarga dan pekerjaan, dan bahkan menghabiskan waktu bertahun-tahun menyibukkan diri jauh dari rumah. Demi tujuan akhir mereka, mereka mengubah minat mereka, pandangan mereka tentang hidup, dan bahkan mengubah arah yang mereka tempuh, tetapi mereka tidak dapat mengubah tujuan kepercayaan mereka kepada Tuhan. Mereka sangat sibuk menggapai cita-cita mereka sendiri; sejauh apa pun jalannya, dan sebanyak apa pun kesulitan dan rintangan yang ada di sepanjang jalan, mereka tetap tekun dan tidak takut mati. Kekuatan apa yang mendorong mereka untuk terus mendedikasikan diri mereka seperti ini? Apakah hati nurani mereka? Apakah karakter mereka yang agung dan mulia? Apakah tekad mereka untuk melawan kekuatan jahat sampai pada akhirnya? Apakah iman mereka yang membuat mereka memberikan kesaksian tentang Tuhan tanpa mencari upah? Apakah kesetiaan mereka yang membuat mereka rela menyerahkan segalanya untuk melakukan kehendak Tuhan? Ataukah semangat pengabdian mereka yang membuat mereka selalu meninggalkan keinginan pribadi mereka yang berlebih-lebihan? Bagi seseorang yang tidak pernah memahami pekerjaan pengelolaan Tuhan, untuk tetap berkorban begitu banyak, sungguh sebuah keajaiban yang menakjubkan! Untuk saat ini, kita tidak perlu membahas berapa banyak yang telah diberikan oleh orang-orang ini. Meskipun demikian, perilaku mereka sangat layak untuk dianalisis. Selain dari keuntungan yang berhubungan sangat erat dengan mereka, mungkinkah ada alasan lain mengapa orang-orang yang tidak pernah memahami Tuhan mau berkorban begitu banyak bagi-Nya? Dalam hal ini, kita menemukan masalah yang sebelumnya tidak teridentifikasi: hubungan manusia dengan Tuhan semata-mata demi kepentingan diri sendiri. Hubungan ini adalah hubungan antara penerima dan pemberi berkat. Sederhananya, hubungan ini seperti hubungan antara karyawan dan majikan. Karyawan bekerja hanya untuk menerima upah yang diberikan oleh majikannya. Dalam hubungan semacam ini, tidak ada kasih sayang, hanya ada transaksi. Tidak ada tindakan mencintai dan dicintai, hanya ada derma dan belas kasihan. Tidak ada pengertian, hanya ada kemarahan terpendam dan tipu daya. Tidak ada keintiman, hanya ada jurang yang tak bisa diseberangi. Sekarang setelah segala sesuatunya telah sampai pada titik ini, siapakah yang mampu membalikkan arah semacam ini? Dan berapa banyakkah orang yang benar-benar mampu memahami betapa buruknya hubungan ini? Aku yakin bahwa ketika orang membenamkan diri dalam kegembiraan karena diberkati, tak seorang pun yang dapat membayangkan betapa memalukan dan tidak sedap dipandangnya hubungan dengan Tuhan yang seperti ini.

Dikutip dari “Manusia Hanya Dapat Diselamatkan di Tengah Pengelolaan Tuhan” dalam “Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia”

Orang-orang mengatakan bahwa Tuhan adalah Tuhan yang adil, dan selama manusia mengikuti Dia sampai akhir, Dia pasti akan bersikap adil kepada manusia, sebab Dialah Yang Mahabenar. Jika manusia mengikuti Dia sampai akhir, bisakah Dia membuang manusia? Aku tidak memihak terhadap semua orang dan menghakimi semua orang dengan watak-Ku yang benar, tetapi ada beberapa syarat yang sesuai dengan persyaratan yang kutuntut dari manusia, dan apa yang Kutuntut itu harus dilaksanakan oleh semua orang, siapa pun mereka. Aku tidak peduli tentang kualifikasimu, atau sudah berapa lama engkau memilikinya; yang Kupedulikan hanyalah apakah engkau berjalan di jalan-Ku, dan apakah engkau mengasihi dan haus akan kebenaran. Jika engkau tidak memiliki kebenaran, dan justru mempermalukan nama-Ku, serta tidak bertindak sesuai dengan jalan-Ku, hanya mengikuti tanpa perhatian atau kepedulian, pada waktu itulah Aku akan memukul dan menghukum engkau karena kejahatanmu, dan apa jawabmu kemudian? Bisakah engkau berkata bahwa Tuhan itu tidak benar? Hari ini, jika engkau telah mematuhi firman yang Kusampaikan, engkau adalah jenis orang yang berkenan bagi-Ku. Engkau mengatakan bahwa engkau selalu menderita selama mengikut Tuhan, bahwa engkau telah mengikuti-Nya dalam segala keadaan, dan telah berbagi saat-saat suka dan duka bersama-Nya, tetapi engkau belum hidup dalam firman yang Tuhan sampaikan; engkau hanya ingin sibuk bagi Tuhan dan mengorbankan dirimu bagi Tuhan setiap hari, dan tidak pernah berpikir untuk hidup dalam kehidupan yang bermakna. Engkau juga berkata, “Bagaimanapun juga, aku percaya bahwa Tuhan itu benar. Aku telah menderita bagi-Nya, sibuk bekerja bagi Dia, mempersembahkan diriku bagi Dia, dan aku telah bekerja keras meskipun tidak menerima penghargaan apa pun; Dia tentunya akan mengingat aku.” Memang benar bahwa Tuhan itu benar, tetapi kebenaran ini tidak ternoda oleh kecemaran apa pun. Kebenaran ini tidak mengandung kehendak manusia, dan tidak tercemar oleh daging, atau oleh transaksi manusia. Semua yang memberontak dan menentang, dan semua yang tidak mematuhi jalan-Nya, akan dihukum; tidak ada yang diampuni, dan tak seorang pun yang luput! Beberapa orang berkata, “Hari ini aku sibuk bekerja untuk-Mu; ketika saat akhir tiba, bisakah Engkau memberiku sedikit berkat?” Lalu Aku bertanya, “Sudahkah engkau menuruti firman-Ku?” Kebenaran yang engkau bicarakan didasarkan pada transaksi. Engkau hanya berpikir bahwa Aku benar dan tidak memihak terhadap semua orang, bahwa semua orang yang mengikut Aku sampai akhir pasti akan diselamatkan dan memperoleh berkat-berkat-Ku. Ada makna rohani dalam firman-Ku bahwa “semua orang yang mengikut Aku sampai akhir pasti akan diselamatkan”: mereka yang mengikut Aku sampai akhir adalah orang-orang yang akan sepenuhnya Kudapatkan, mereka adalah orang-orang yang setelah Kutaklukkan, mencari kebenaran dan disempurnakan. Syarat apa yang telah engkau capai? Engkau hanya mencapai syarat untuk mengikut Aku sampai akhir, tetapi apa lagi? Sudahkah engkau menuruti firman-Ku? Engkau telah mencapai salah satu dari lima persyaratan-Ku, tetapi engkau tidak berniat menyelesaikan empat sisanya. Engkau baru sekadar menemukan jalan yang termudah dan paling sederhana, dan mengejarnya dengan sikap hanya berharap mendapatkan keberuntungan. Terhadap orang sepertimu, watak-Ku yang benar adalah hajaran dan penghakiman, itulah ganjaran yang benar dan hukuman yang benar bagi semua pelaku kejahatan; semua orang yang tidak mengikuti jalan-Ku pasti akan dihukum, bahkan sekalipun mereka mengikut Aku sampai akhir. Inilah kebenaran Tuhan.

Dikutip dari “Pengalaman Petrus: Pengetahuannya tentang Hajaran dan Penghakiman” dalam “Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia”

Mungkin engkau semua membayangkan bahwa, karena sudah menjadi pengikut selama bertahun-tahun, engkau telah bekerja keras apa pun yang terjadi, maka engkau seharusnya diberi setidaknya semangkuk nasi di rumah Tuhan dengan hanya menjadi pelaku pelayanan. Aku akan katakan bahwa sebagian besar dari antaramu berpikir seperti ini, karena engkau semua selalu mengejar prinsip bagaimana agar engkau mendapat keuntungan dan bagaimana agar engkau tidak dimanfaatkan. Jadi, Kukatakan kepadamu sekarang dengan serius: Aku tidak peduli seberapa baik kerja kerasmu, seberapa mengesankan kualifikasimu, seberapa dekat engkau mengikuti Aku, seberapa terkenalnya engkau, atau seberapa banyak engkau telah memperbaiki sikapmu; selama engkau belum memenuhi tuntutan-Ku, engkau tidak akan pernah bisa mendapatkan pujian-Ku. Hapus semua gagasan dan perhitunganmu secepat mungkin, dan mulailah memperlakukan tuntutan-Ku dengan serius; jika tidak, Aku akan mengubah semua orang menjadi abu untuk mengakhiri pekerjaan-Ku dan, paling banter membuat pekerjaan yang sudah Kulakukan selama bertahun-tahun dan penuh penderitaan itu menjadi sia-sia, karena Aku tidak bisa membawa musuh-musuh-Ku dan orang yang berbau kejahatan dan berpenampilan seperti Iblis untuk masuk ke dalam kerajaan-Ku, ataupun membawa mereka ke zaman berikutnya.

Dikutip dari “Pelanggaran akan Menuntun Manusia ke Neraka” dalam “Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia”

Pekerjaan Petrus adalah pelaksanaan tugas makhluk ciptaan Tuhan. Ia bukan bekerja dalam peran seorang rasul, tetapi bekerja sambil mengejar kasih kepada Tuhan. Perjalanan pekerjaan Paulus juga mengandung pengejaran pribadinya: tujuan pengejarannya tak lebih dari memenuhi harapan masa depannya, dan hasratnya adalah untuk mendapatkan tempat tujuan yang baik. Ia tidak menerima pemurnian selama pekerjaannya, ia juga tak menerima pemangkasan dan penanganan. Ia percaya bahwa selama pekerjaan yang dilakukannya itu memuaskan keinginan Tuhan, dan selama semua yang diperbuatnya itu menyenangkan bagi Tuhan, suatu upah pada akhirnya akan menanti dirinya. Tidak ada pengalaman pribadi dalam pekerjaannya—semua itu hanya demi dirinya sendiri, dan tidak dilaksanakan di tengah pengejarannya akan perubahan. Segala sesuatu dalam pekerjaannya adalah sebuah transaksi, sama sekali tidak mengandung unsur tugas atau ketundukan seorang makhluk ciptaan Tuhan. Dalam perjalanan pekerjaannya, tidak terjadi perubahan pada watak lama Paulus. Pekerjaannya hanyalah pelayanan kepada orang lain, dan tidak dapat mendatangkan perubahan dalam wataknya. Paulus melakukan pekerjaannya secara langsung, tanpa pernah disempurnakan atau ditangani, dan ia dimotivasi oleh upah. Petrus berbeda: ia adalah seorang yang telah melalui pemangkasan dan penanganan, dan telah mengalami pemurnian. Tujuan dan motivasi pekerjaan Petrus pada dasarnya berbeda dengan tujuan dan motivasi Paulus. Meskipun Petrus tidak melakukan sejumlah besar pekerjaan, wataknya mengalami banyak perubahan, dan hal yang dicarinya adalah kebenaran, dan perubahan yang sesungguhnya. Pekerjaannya tidak dilakukan semata-mata demi pekerjaan itu sendiri. Meskipun Paulus melakukan banyak pekerjaan, semua itu adalah pekerjaan Roh Kudus, dan meskipun Paulus bekerja sama dalam pekerjaan ini, ia tidak mengalaminya. Bahwa Petrus melakukan jauh lebih sedikit pekerjaan, itu hanya karena Roh Kudus tidak melakukan terlalu banyak pekerjaan melalui dirinya. Banyaknya pekerjaan mereka tidak menentukan apakah mereka disempurnakan; pengejaran yang seorang bertujuan untuk mendapatkan upah, sementara pengejaran yang lain bertujuan untuk mencapai kasih yang terdalam kepada Tuhan, dan memenuhi tugasnya sebagai makhluk ciptaan Tuhan, sampai pada taraf ia dapat hidup dalam gambar yang indah untuk memuaskan keinginan Tuhan. Secara lahiriah mereka berbeda, dan hakikat mereka pun berbeda. Engkau tidak dapat menentukan siapa dari antara mereka yang disempurnakan berdasarkan banyaknya pekerjaan yang mereka lakukan. Petrus berusaha hidup dalam gambar seorang yang mengasihi Tuhan, menjadi seorang yang menaati Tuhan, menjadi seorang yang menerima penanganan dan pemangkasan, dan menjadi seorang yang memenuhi tugasnya sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Dia mampu mengabdikan dirinya kepada Tuhan, menyerahkan seluruh dirinya ke dalam tangan Tuhan, dan menaati-Nya sampai mati. Itulah yang bertekad ia lakukan, dan terlebih lagi, itulah yang dicapai olehnya. Alasan inilah yang mendasari mengapa pada akhirnya kesudahan hidupnya berbeda dengan kesudahan hidup Paulus. Pekerjaan yang Roh Kudus lakukan dalam diri Petrus bertujuan untuk menyempurnakan dirinya, dan pekerjaan yang dilakukan Roh Kudus dalam diri Paulus bertujuan untuk memakai dirinya. Hal itu karena natur dan pandangan mereka mengenai pengejaran tidak sama. Keduanya memiliki pekerjaan Roh Kudus. Petrus menerapkan pekerjaan ini pada dirinya sendiri, serta menyalurkannya kepada orang lain; sedangkan Paulus hanya menyalurkan seluruh pekerjaan Roh Kudus itu kepada orang lain, dan dirinya sendiri tidak mendapatkan apa pun dari pekerjaan itu. Dengan demikian, setelah mengalami pekerjaan Roh Kudus selama bertahun-tahun, perubahan dalam diri Paulus hampir tidak ada. Ia hampir tetap sama dengan keadaan asli dirinya, dan ia masih tetap Paulus yang sama seperti sebelumnya. Hanya saja setelah mengalami kesukaran pekerjaan selama bertahun-tahun, ia telah belajar cara “bekerja,” dan telah belajar bertekun, tetapi natur lamanya—yakni naturnya yang sangat suka bersaing dan seperti tentara bayaran—masih tetap ada. Setelah bekerja selama bertahun-tahun, ia tidak menyadari wataknya yang rusak, ia juga tidak membebaskan diri dari wataknya yang lama, dan semua itu masih terlihat jelas dalam pekerjaannya. Di dalam dirinya, ia hanya memiliki lebih banyak pengalaman kerja, tetapi pengalaman yang sedikit seperti itu tak mampu mengubah dirinya dan tak dapat mengubah pandangannya mengenai keberadaan atau makna penting pengejarannya. Meskipun ia telah bekerja bertahun-tahun bagi Kristus, dan tak pernah lagi menganiaya Tuhan Yesus, dalam hatinya tidak ada perubahan mengenai pengetahuannya akan Tuhan. Ini berarti bahwa ia tidak bekerja demi mengabdikan dirinya kepada Tuhan, sebaliknya, ia terpaksa bekerja demi tempat tujuannya di masa depan. Sebab, pada mulanya, ia menganiaya Kristus, dan tidak tunduk kepada Kristus; pada dasarnya, ia seorang pemberontak yang sengaja menentang Kristus, dan seorang yang tidak memiliki pengenalan akan pekerjaan Roh Kudus. Saat pekerjaannya sudah hampir berakhir, ia masih tidak mengetahui pekerjaan Roh Kudus, dan hanya bertindak menurut kemauannya sendiri, sesuai dengan tabiatnya sendiri, tanpa sedikit pun memperhatikan kehendak Roh Kudus. Jadi, natur Paulus adalah bermusuhan dengan Kristus dan tidak menaati kebenaran. Seseorang yang seperti ini, yang telah ditinggalkan oleh pekerjaan Roh Kudus, yang tidak mengetahui pekerjaan Roh Kudus, dan yang juga menentang Kristus—bagaimana mungkin orang seperti ini diselamatkan? Dapat tidaknya manusia diselamatkan bukan tergantung pada berapa banyak pekerjaan yang ia lakukan, atau berapa banyak ia mengabdi, melainkan ditentukan oleh apakah ia mengetahui pekerjaan Roh Kudus atau tidak, apakah ia mampu menerapkan kebenaran atau tidak, dan apakah pandangannya terhadap pengejaran sesuai dengan kebenaran atau tidak.

Walaupun penyingkapan alami memang terjadi setelah Petrus mulai mengikuti Yesus, pada dasarnya, ia adalah seorang yang, sejak semula, bersedia untuk tunduk pada Roh Kudus dan mencari Kristus. Ketaatannya kepada Roh Kudus bersifat murni: ia tidak mencari kemasyhuran dan kekayaan, melainkan termotivasi oleh ketaatan pada kebenaran. Meskipun tiga kali Petrus menyangkal bahwa dirinya mengenal Kristus, dan meskipun ia mencobai Tuhan Yesus, sedikit kelemahan manusia seperti itu tidak ada kaitannya dengan naturnya, itu tidak memengaruhi pengejarannya di masa mendatang, dan itu tidak cukup membuktikan bahwa tindakan mencobainya adalah tindakan seorang antikristus. Kelemahan manusia normal dimiliki semua orang di dunia—apakah kaukira Petrus berbeda dalam hal ini? Bukankah orang memiliki pandangan tertentu mengenai Petrus karena ia melakukan beberapa kesalahan bodoh? Dan, bukankah orang begitu memuja Paulus karena semua pekerjaan yang dilakukannya, dan karena semua surat yang ditulisnya? Bagaimana mungkin manusia mampu mengetahui esensi manusia yang sebenarnya? Tentunya mereka yang benar-benar berakal dapat memahami sesuatu yang sepele seperti itu? Meskipun pengalaman Petrus yang menyakitkan selama bertahun-tahun tidak dicatat dalam Alkitab, ini tidak membuktikan bahwa Petrus tidak memiliki pengalaman yang nyata, atau bahwa Petrus tidak disempurnakan. Bagaimana pekerjaan Tuhan dapat diselami sepenuhnya oleh manusia? Catatan dalam Alkitab bukan dipilih secara pribadi oleh Yesus, melainkan dihimpun oleh generasi-generasi selanjutnya. Dengan demikian, bukankah semua yang tercatat dalam Alkitab dipilih berdasarkan gagasan manusia? Terlebih lagi, kesudahan Petrus dan Paulus tidak dinyatakan secara jelas dalam surat-surat kepada jemaat, sehingga manusia menilai Petrus dan Paulus menurut persepsinya sendiri, dan menurut keinginannya sendiri. Dan, karena Paulus melakukan begitu banyak pekerjaan, karena “kontribusinya” begitu besar, ia merebut kepercayaan massa. Bukankah manusia hanya berkonsentrasi pada hal-hal yang tampak di permukaan? Bagaimana mungkin manusia mampu mengetahui esensi manusia yang sebenarnya? Belum lagi, mengingat bahwa Paulus telah menjadi sasaran pemujaan selama ribuan tahun, siapa yang berani dengan gegabah menyangkal pekerjaannya? Petrus hanya seorang nelayan, jadi bagaimana mungkin kontribusinya bisa sebesar kontribusi Paulus? Dalam hal kontribusi, Paulus sudah semestinya diberi upah lebih daripada Petrus, dan ia sudah semestinya menjadi orang yang lebih memenuhi syarat mendapatkan perkenanan Tuhan. Siapa menyangka bahwa, dalam perlakuan-Nya terhadap Paulus, Tuhan sekadar membuatnya bekerja melalui karunia-karunianya, sedangkan terhadap Petrus, Tuhan menyempurnakan dirinya. Sama sekali bukan berarti bahwa Tuhan Yesus telah membuat rencana bagi Petrus dan Paulus sejak semula: sebaliknya, mereka disempurnakan atau dibuat bekerja adalah berdasarkan natur yang melekat pada diri mereka. Jadi, yang orang lihat hanyalah kontribusi lahiriah manusia, sedangkan yang Tuhan lihat adalah esensi manusia, serta jalan yang dikejar manusia sejak semula, dan motivasi di balik pengejaran manusia. Orang mengukur manusia menurut gagasan mereka, dan menurut persepsi mereka sendiri, tetapi kesudahan manusia tidak ditentukan oleh hal-hal lahiriahnya. Oleh karena itu, Kukatakan bahwa jika jalan yang kautempuh sejak semula adalah jalan keberhasilan, dan sudut pandangmu mengenai pengejaran sejak semula adalah sudut pandang yang benar, itu berarti engkau seperti Petrus; jika jalan yang kautempuh adalah jalan kegagalan, maka berapapun harga yang kaubayar, kesudahanmu akan tetap sama seperti Paulus. Bagaimanapun juga, tempat tujuanmu, dan berhasil atau gagalnya dirimu, keduanya ditentukan oleh apakah jalan yang kaucari itu benar atau tidak, dan bukan oleh pengabdianmu, atau harga yang kaubayarkan.

Dikutip dari “Keberhasilan atau Kegagalan Tergantung pada Jalan yang Manusia Jalani” dalam “Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia”

Jika engkau melakukan banyak pekerjaan, dan orang lain memperoleh pengajaran darimu, tetapi engkau sendiri tidak berubah, dan tidak memiliki kesaksian apa pun, atau tidak memiliki pengalaman yang sejati, sampai-sampai pada akhir hidupmu, masih tak ada apa pun yang telah engkau lakukan menjadi kesaksian, lalu apakah engkau seorang yang telah diubahkan? Apakah engkau seorang yang mengejar kebenaran? Pada waktu itu, Roh Kudus memakaimu, tetapi pada saat Dia memakaimu, Dia memakai bagian dari dirimu yang dapat digunakan untuk bekerja, dan Dia tidak memakai bagian dari dirimu yang tidak dapat digunakan untuk bekerja. Jika engkau berusaha untuk berubah, engkau akan berangsur-angsur disempurnakan selama proses engkau sedang dipakai. Meski demikian, Roh Kudus tidak bertanggung jawab tentang apakah engkau pada akhirnya akan didapatkan atau tidak, dan ini tergantung pada cara pengejaranmu. Jika tidak ada perubahan dalam watak pribadimu, itu adalah karena sudut pandangmu tentang pengejaran salah. Jika engkau tidak dikaruniai upah, itu adalah masalahmu sendiri, dan itu adalah karena engkau tidak menerapkan kebenaran, dan tak mampu memenuhi keinginan Tuhan. Jadi, tak ada yang lebih penting daripada pengalaman pribadimu, dan tak ada yang lebih penting daripada jalan masukmu sendiri! Ada orang-orang yang pada akhirnya akan berkata: “Aku sudah melakukan begitu banyak pekerjaan bagi-Mu, dan meskipun Aku tidak memiliki pencapaian yang patut dirayakan, tetap saja aku sudah rajin dalam upayaku. Tidak dapatkah Engkau mengizinkanku masuk ke dalam surga untuk memakan buah pohon kehidupan?” Engkau harus tahu orang-orang macam apa yang Aku inginkan; mereka yang tidak murni tidak diizinkan masuk ke dalam kerajaan, mereka yang tidak murni tidak diizinkan mencemarkan tanah yang kudus. Meskipun engkau mungkin sudah melakukan banyak pekerjaan, dan telah bekerja selama bertahun-tahun, pada akhirnya, jika engkau masih sangat kotor, maka menurut hukum Surga tidak dapat dibenarkan jika engkau berharap dapat masuk ke dalam kerajaan-Ku! Semenjak dunia dijadikan sampai saat ini, tak pernah Aku menawarkan jalan masuk yang mudah ke dalam kerajaan-Ku kepada orang-orang yang menjilat untuk mendapatkan perkenanan-Ku. Ini adalah peraturan surgawi, dan tak seorang pun dapat melanggarnya! Engkau harus mencari hidup. Sekarang ini, orang-orang yang disempurnakan adalah mereka yang sejenis dengan Petrus. Mereka adalah orang-orang yang mengusahakan perubahan pada wataknya sendiri, dan bersedia menjadi kesaksian bagi Tuhan serta melaksanakan tugasnya sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Hanya orang-orang seperti inilah yang akan disempurnakan. Jika engkau hanya mencari upah, dan tidak berusaha mengubah watak hidupmu sendiri, maka semua upayamu akan sia-sia—ini adalah kebenaran yang tak dapat diubah!

Dikutip dari “Keberhasilan atau Kegagalan Tergantung pada Jalan yang Manusia Jalani” dalam “Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia”

Tinggalkan komentar